Tuesday, January 31, 2012

Kata-kata Bijak dari Nabi Muhammad SAW

Jauhilah dengki, karena dengki memakan amal kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.

Yang terbaik di antara kalian adalah mereka yang berakhlak paling mulia.

Makanlah Sebelum Lapar dan Berhentilah Sebelum Kenyang.

Tiga sifat manusia yang merusak adalah, kikir yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti, serta sifat mengagumi diri sendiri yang berlebihan.

Pahlawan bukanlah orang yang berani meletakkan pedangnya ke pundak lawan, tetapi pahlawan sebenarnya ialah orang yang sanggup menguasai dirinya dikala ia marah.

Allah tidak melihat bentuk rupa dan harta benda kalian, tapi Dia melihat hati dan amal kalian.

Cinta kepada Allah adalah puncaknya cinta. Lembahnya cinta adalah cinta kepada sesama.

Keluhuran budi pekerti akan tampak pada ucapan dan tindakan.

Orang yang berjiwa besar teguh pendiriannya, tetapi tidak keras kepala.

Ulurkan cintamu karena Tuhanmu dan tariklah cintamu karena Tuhanmu, anda tentu tak akan kecewa.

Cinta indah seperti bertepuk dua tangan, tak akan indah jika hanya sebelah saja.

Naluri berbicara kita akan mencintai yang memuja kita, tetapi tidak selalu mencintai yang kita puja.

Seseorang yang optimis akan melihat adanya kesempatan dalam setiap malapetaka, sedangkan orang pesimis melihat malapetaka dalam setiap kesempatan.

Ingatlah, boleh jadi manusia itu mencintai sesuatu yang membahayakan dirinya atau membenci sesuatu yang bermanfaat baginya. Mohonlah petunjuk-Nya.

Sahabat yang sejati adalah orang yang dapat berkata benar kepada anda, bukan orang yang hanya membenarkan kata-kata anda.

Bekerja atas dorongan cinta akan terasa senang tiada jemu dan lelah.

Orang besar menempuh jalan kearah tujuan melalui rintangan dan kesukaran yang hebat.

Berbuat baiklah kepada orang lain seperti berbuat baik kepada diri sendiri.

Orang besar bukan orang yang otaknya sempurna tetapi orang yang mengambil sebaik-baiknya dari otak yang tidak sempurna.

Memperbaiki diri adalah alat yang ampuh untuk memperbaiki orang lain.

Jika seseorang tidak mencintai anda janganlah dia anda benci, karena mungkin akan tumbuh benih cinta kembali.

Cinta akan menggilas setiap orang yang mengikuti geraknya, tetapi tanpa gilasan cinta, hidup tiada terasa indah.

Bukan kecerdasan anda, melainkan sikap andalah yang yang akan mengangkat anda dalam kehidupan.

Perjuangan seseorang akan banyak berarti jika mulai dari diri sendiri.

Jika rasa cinta terbalas, maka bersyukurlah karena Allah telah memberikan hidup lebih berharga dengan belas Kasih-Nya.

Dalam perkataan, tidak mengapa anda merendahkan diri, tetapi dalam aktivitas tunjukkan kemampuan Anda.

Tegas berbeda jauh dengan kejam. Tegas itu mantap dalam kebijaksana sedangkan kejam itu keras dalam kesewenang-wenangan.

Jika rasa cinta itu tak terbalas maka bersukurlah, karena anda akan dipilihkan Allah yang lebih baik.

Watak keras belum tentu bisa tegas, tetapi lemah lembut tak jarang bisa tegas.

Sifat orang yang berlilmu tinggi adalah merendahkan hati kepada manusia dan takut kepada Tuhan.

Muhammad S A W Dimata Tokoh Dan Ilmuwan Dunia

Mahatma Gandhi (Komentar mengenai karakter Muhammad di Young India)
“Pernah saya bertanya-tanya siapakah tokoh yang paling mempengaruhi manusia… Saya lebih dari yakin bahwa bukan pedanglah yang memberikan kebesaran pada Islam pada masanya. Tapi ia datang dari kesederhanaan, kebersahajaan, kehati-hatian Muhammad; serta pengabdian luar biasa kepada teman dan pengikutnya, tekadnya, keberaniannya, serta keyakinannya pada Tuhan dan tugasnya.
Semua ini (dan bukan pedang ) menyingkirkan segala halangan. Ketika saya menutup halaman terakhir volume 2 (biografi Muhammad), saya sedih karena tiada lagi cerita yang tersisa dari hidupnya yang agung.

J. Diven Port:
“Dr segi keindahan & kebaikan watak & prilaku, Muhammad memiliki keistimewaan yg sgt tinggi. Mrk yg tdk memiliki watak-2 spt inilah yg memandang beliau sbg sesuatu yg tak bernilai.
"Bantulah yg tertindas, Bimbinglah yg Sesat" (Muhammad)
"Sayangi yg di Bumi, Kau akan disayang yg di langit" (Muhammad)

Pandit Gyanandra Dev Sharma Shastri (India, 1928)
“Mereka pengkritik Muhammad melihat api bukannya cahaya, mendapat kebodohan bukan kebaikan. Mereka mengubah setiap kebaikan dengan kejahatan yang besar. Hal ini menggambarkan kebejatan moral mereka…kritikan tersebut adalah buta. Mereka tidak melihat bahwa satu-satunya pedang Muhammad adalah pedang kemurahan hati, petunjuk, persahabatan, kemauan untuk memaafkan…pedang yang menaklukan musuh-musuhnya dan membersihkan hati mereka. Pedangnya lebih tajam daripada pedang baja”

R. Bosworth Smit,(Inggris 1874)
Dia adalah gabungan dari Kaisar dan Paulus. Tetapi dia adalah Paulus tanpa keinginan menjadi Paus, dan Kaisar tanpa tentara kerajaan. Tanpa tentara, tanpa bodyguard, tanpa istana, tanpa pendapatan tetap; Jika ada orang yang mempunyai hak untuk mengatakan bahwa dia diatur oleh Tuhan yang benar, itu adalah Muhammad dimana dia mempunyai kekuatan tanpa peralatan dan tanpa dukungan.

George Bernard Shaw ( Dublin, 1856 –1950)
“Saya yakin, apabila orang semacam Muhammad memegang kekuasaan tunggal di dunia modern ini, dia akan berhasil mengatasi segala permasalahan sedemikian hingga membawa kedamaian dan kebahagiaan yang dibutuhkan dunia: Ramalanku, keyakinan yg dibawanya akan diterima Eropa di masa datang dan memang ia telah mulai diterima Eropa saat ini.
“Dia adalah manusia teragung yang pernah menginjakkan kakinya di bumi ini. Dia membawa sebuah agama, mendirikan sebuah bangsa, meletakkan dasar-dasar moral, memulai sekian banyak gerakan pembaruan sosial dan politik, mendirikan sebuah masyarakat yang kuat dan dinamis untuk melaksanakan dan mewakili seluruh ajarannya, dan ia juga telah merevolusi pikiran serta perilaku manusia untuk seluruh masa yg akan datang.

K. S. RAMAKRISHNA RAO, Professor Philosophy dalam bookletnya, “Muhammad, The Prophet of Islam"
Kepribadian Muhammad, hhmm sangat sulit untuk menggambarkannya dengan tepat. Saya pun hanya bisa menangkap sekilas saja: betapa ia adalah lukisan yang indah. Anda bisa lihat Muhammad sang Nabi, Muhammad sang pejuang, Muhammad sang pengusaha, Muhammad sang negarawan, Muhammad sang orator ulung, Muhammad sang pembaharu, Muhammad sang pelindung anak yatim-piatu, Muhammad sang pelindung hamba sahaya, Muhammad sang pembela hak wanita, Muhammad sang hakim, Muhamad sang pemuka agama. dalam setiap perannya tadi, ia adalah seorang pahlawan. Saat ini, 14 abad kemudian, kehidupan dan ajaran Muhammad tetap selamat, tiada yg hilang atau berubah sedikit pun. Ajaran yang menawarkan secercah harapan abadi tentang obat atas segala penyakit kemanusiaan yg ada dan telah ada sejak masa hidupnya. Ini bukanlah klaim seorang pengikutnya tapi juga sebuah simpulan tak terelakkan dari sebuah analisis sejarah yg kritis dan tidak bias.

THOMAS CARLYLE in his HEROES AND HEROWORSHIP
"Kebohongan yang dipropagandakan kaum Barat yang diselimutkan kepada orang ini (Muhammad) hanyalah mempermalukan diri kita sendiri." "Sesosok jiwa besar yang tenang, seorang yang mau tidak mau harus dijunjung tinggi. Dia diciptakan untuk menerangi dunia, begitulah perintah Sang Pencipta Dunia."

Annie Besant, THE LIFE AND TEACHINGS OF MUHAMMAD, Madras, 1932, p. 4.
"Sangat mustahil bagi seseorang yang mempelajari karakter Nabi Bangsa Arab, yang mengetahui bagaimana ajarannya dan bagaimana hidupnya untuk merasakan selain hormat terhadap beliau, salah satu utusan-Nya.Dan meskipun dalam semua yang saya gambarkan banyak hal-hal yang terasa biasa, namun setiap kali saya membaca ulang kisah-kisahnya, setiap kali pula saya merasakan kekaguman dan penghormatan kepada sang Guru Bangsa Arab tersebut."

Professor Jules Masserman :
"Pasteur dan Salk adalah pemimpin dalam satu hal (intelektualitas- pen). Gandhi dan Konfusius pada hal lain serta Alexander, Caesar dan Hitler mungkin pemimpin pada kategori kedua dan ketiga (reliji dan militer pen.). Jesus dan Buddha mungkin hanya pada kategori kedua. Mungkin pemimpin terbesar sepanjang masa adalah Muhammad, yang sukses pada ketiga kategori tersebut. Dalam skala yang lebih kecil Musa melakukan hal yang sama."

W. Montgomery Watt, MOHAMMAD AT MECCA, Oxford, 1953, p. 52.
"Kesiapannya menempuh tantangan atas keyakinannya, ketinggian moral para pengikutnya, serta pencapaianya yang luar biasa semuanya menunjukkan integritasnya. Mengira Muhammad sebagai seorang penipu hanyalah memberikan masalah dan bukan jawaban. Lebih dari itu, tiada figur hebat yang digambarkan begitu buruk di Barat selain Muhammad"

Allahumma shalli 'alaa Muhammad wa 'alaa aali Muhammad

Sunday, January 29, 2012

Mengenal Keutamaan Sahabat Nabi

Pembaca yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, mendalami dan mempelajari kisah-kisahsalafush shalih (generasai awal Islam) serasa mengarungi lautang yang tak bertepi. Berbagai keunikan dan fenomena hidup telah mereka jalani. Kewajiban orang-orang belakangan adalah memetik pelajaran dari perjalanan kehidupan mereka, bersegera meraih kebaikan-kebaikan mereka, dan mengambil ibrah (pelajaran) dari peristiwa pahit yang menimpa mereka.

Pembaca yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, pembahasan kita akan tertuju pada generasi terbaik umat ini. Merekalah manusia-manusia terbaik yang Allah Subhanahu wa Ta’ala pilih untuk menemani Rasul-Nya yang mulia. Mereka telah mengemban tugas berat untuk menumbangkan berhala, mengikis habis kesyirikan dan hanya mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Merekalah lentera kehidupan, figur panutan dan sanadnya syari’at. Musuh-musuh Islam merasa gentar dengan kegigihan para sahabat. Karena syahid di medan jihad adalah salah satu tujuan hidup mereka, kemuliaan tetap mereka dapatkan baik hidup maupun mati.

Seorang bijak menuturkan “Tirulah, sekalipun kalian tidak bisa seperti mereka. Karena meniru orang-orang yang mulia adalah keberuntungan.”
DEFINISI SAHABAT

Secara bahasa, kata ash-shahabah (الصحابة) adalah bentuk plural (jamak) dari kata shahib (صاحب) ataushahabiy (صحابي) yang berarti teman sejawat.

Adapun secara istilah para ulama kita telah mendefinisikan bahwa sahabat adalah setiap orang yang bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan beriman lalu mati di atas keimanannya tersebut sekalipun diselingi dengan kemurtadan.

KEUTAMAAN SAHABAT

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ

“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imron: 110).

Abdullah bin Abbas radhiallahu’anhu mengatakan, “Mereka adalah orang-orang yang berhijrah bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dari Mekah ke Madinah.”

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Pendapat yang benar adalah ayat ini umum mencakup seluruh umat di setiap zaman. Dan sebaik-baik mereka adalah orang-orang yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus bersama mereka (yaitu para sahabat), kemudian yang setelah mereka, kemudian yang setelah mereka.” (Tafsir Ibnu Katsir 2:83)

Sahabat Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu mengatakan sebuah kalimat yang sangat indah, ia mengatakan, “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala melihat hati para hamba, maka Dia mendapati hati Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebaik-sebaik hati para hamba-Nya, lalu Allah memilih dan mengutusnya untuk menyampaikan syariat-Nya. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala melihat hati para hamba setelah hati Muhammad, maka Dia mendapati hati para sahabatnya adalah sebaik-baik hati para hamba-Nya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan mereka para penolong nabi-Nya, memerangi musuh untuk membela agama-Nya. Apa yang baik menurut kaum muslimin (para sahabat) adalah baik menurut Allah, dan apa yang menurut kaum muslimin (para sahabat) jelek maka hal itu menurut Allah adalah jelek.” (Majmu’uz Zawaid lil Haitsumi, 1:177).

Ibnu Umar mengatakan, “Siapa saja yang ingin meneladani (seseorang), maka teladanilah orang-orang yang telah meninggal dunia, merekalah para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka sebaik-baik umat ini, paling dalam ilmunya dan paling sedikit bebannya –karena setiap ada masalah mereka bisa langsung bertanya kepada nabi-, mereka adalah suatu kaum yang Allah Subhanahu wa Ta’ala pilih untuk menemani nabi-Nya dan membawa syari’at-Nya, maka teladanilah akhlak-akhlak mereka dan jalan hidup mereka. Karena mereka para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallamsungguh mereka berada di atas petunjuk yang lurus.” (Hilyatul Auliya, 1:205-206).
PERINTAH MENELADANI PARA SAHABAT

Banyak sekali dalil-dalil dari Alquran maupun sunah yang memerintahkan kita untuk meneladani para sahabat, di antaranya:

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَمَن يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَاتَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَاتَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَآءَتْ مَصِيرًا

“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-Nisa: 115).

Dan dalam hadis:

Dari Abu Burdah dari bapaknya ia berkata: “Selepas kami shalat maghrib bersama Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam kami katakan, ‘Bagaimana bila kita tetap duduk di masjid dan menunggu shalat isya bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Maka kami pun tetap duduk, hingga keluarlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk shalat isya. Beliau mengatakan, ‘Kalian masih tetap di sini?’ Kami katakan, ‘Wahai Rasulullah kami telah melakukan shalat maghrib bersamamu lalu kami katakan, alangkah baiknya bila kami tetap duduk di sini menunggu shalat isya bersamamu.’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Kalian benar.’ Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat kepala ke langit lalu berkata, ‘Bintang-gemintang itu adalah para penjaga langit, apabila bintang itu lenyap maka terjadilah pada langit itu apa yang telah dijanjikan, aku adalah penjaga para sahabatku, bila aku tiada maka akan menimpa mereka apa yang telah dijanjikan, dan para sahabatku adalah para penjaga umatku, apabila para sahabatku telah tiada maka akan menimpa umatku apa yang telah dijanjikan.’”(HR. Muslim 7:183).

Al-Imam An-Nawawi mengatakan, “Makna hadis di atas adalah selama bintang itu masih ada maka langit pun akan tetap ada, apabila bintang-bintang itu runtuh dan bertebaran pada hari kiamat kelak maka langit pun akan melemah dan akan terbelah dan lenyap. Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Aku adalah penjaga para sahabatku, bila aku tiada maka akan menimpa mereka apa yang telah dijanjikan’, yaitu akan terjadi fitnah, pertempuran, perselisihan, dan pemurtadan. Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Para sahabatku adalah para penjaga umatku, apabila para sahabatku telah tiada maka akan menimpa umatku apa yang telah dijanjikan’, maknanya akan terjadi kebid’ahan dan perkara-perkara baru dalam agama dan juga fitnah…” (Syarh Shahih Muslim, 16:83).
POTRET KECINTAAN PARA SAHABAT KEPADA RASULULLAH
Seorang shahabiyah (sahabat wanita) mulia, yang bapaknya, saudaranya dan suaminya terbunuh di Perang Uhud tatkala dikabari berita duka tersebut justru ia malah bertanya bagaimana keadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu dikatakan kepadanya, “Beliau (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) baik-baik saja seperti yang engkau harapkan.” Dia menjawab, “Biarkan aku melihatnya.” Tatkala ia melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dia mengatakan, “Sungguh semua musibah terasa ringan wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kecuali bila hal itu menimpamu.” (Sirah Nabawiyyah Libni Hisyam, 2:99).
Seorang sahabat mulia yang keluarganya adalah Quraisy, ia ditangkap oleh Quraisy untuk dibunuh, maka berkata Abu Sufyan berkata kepadanya, “Wahai Zaid, semoga Allah menguatkanmu, apakah engkau senang bila Muhammad menggantikan posisimu sekarang untuk dipenggal kepalanya sedang engkau duduk manis bersama keluargamu..?!! Maka spontan Zaid menjawab, “Demi Allah, sungguh tidakkah aku senang bila Muhammad sekarang tertusuk duri di tempatnya, sedang aku bersenang-senang bersama keluargaku.” Abu Sufyan pun mengatakan, “Saya tidak melihat seorang pun yang kecintaannya melebihi kecintaan sahabat-sahabat Muhammad kepada Muhammad.” (Sirah Nabawiyyah Libni Hisyam, 3:160).
Abu Thalhah radhiallahu’anhu pada waktu Perang Uhud, beliau membabi buta melemparkan panah-panah ke arah musuh hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat ada sedikit rasa iba kepada musuh. Maka Abu Thalhah radhiallahu’anhu, “Demi bapak dan ibuku yang jadi tebusanmu, wahai Rasulullah, jangan engkau merasa iba dengan mereka, karena panah-panah mereka telah melukai dan menusukmu, sesungguhnya leherku jadi tameng lehermu.” (HR. Bukhari, no.3600 dan Muslim, no.1811).

HUKUM MENCELA SAHABAT

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَاْلأَخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُّهِينًا

“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.” (QS. al-Ahzab: 57).

Orang-orang yang menyakiti para sahabat berarti mereka telah menyakiti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan siapa saja yang menyakiti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berarti telah menyakiti Allah Subhanahu wa Ta’ala dan siapa pun yang menyakiti Allah Subhanahu wa Ta’ala maka dia adalah orang yang melakukan perbuatan dosa yang paling besar bahkan bisa mengeluarkan pelakunya dari Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Jangan kalian mencela sahabatku, seandainya salah seorang di antara kalian menginfakkan emas sebesar Gunung Uhud maka tidaklah menyamai 1 mud mereka atau setengahnya.” (HR. Bukhari, no.3470 dan Muslim, no.2540).

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

“Barang siapa mencela sahabatku, atasnya laknat Allah Subhanahu wa Ta’ala, para malaikat dan manusia seluruhnya.” (HR. Thabarani dalam Mu’jamul Kabi, 12:142 dihasankan oleh Al-Albani dalamSilsilah Ahadis Ash-Shahihah, no.2340).

Masih banyak lagi dalil-dalil yang menunjukkan kemuliaan para sahabat dan haramnya mencela apalagi mencaci para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan kewajiban kita adalah memuliakan mereka karena mereka telah memuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Inilah manhaj (metode) yang ditempuh oleh ahlus sunnah wal jama’ah. Siapa saja yang menyimpang dari metode ini berarti mereka adalah orang-orang yang tersesat dari jalan yang benar.

Al-Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan, “Termasuk hujjah (argumentasi) yang jelas adalah menyebut kebaikan-kebaikan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seluruhnya, dan menahan lisan dari membicarakan keburukan mereka dan perselisihan yang terjadi di antara mereka. Siapa saja yang mencela para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam atau salah satu di antara mereka, mencacat dan mencela mereka, membongkar aib mereka atau salah satu dari mereka maka dia adalah mubtadi (bukanlah ahlussunnah), rafidhi (Syi’ah) yang berpemikiran menyimpang. Mencintai para sahabat adalah sunah, mendoakan kebaikan untuk mereka adalah amalan ketaatan, meneladani mereka adalah perantara (ridha-Nya), mengikuti jejak mereka adalah kemuliaan. Para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia terbaik, tidak dibenarkan bagi seorang pun menyebut-menyebut kejelekan mereka, tidak pula mencacat atau mencela dan membicarakan aib salah satu di antara mereka.” Wallahu a’lam.

Jadilah Bagian Dari Orang-orang Yang Terpilih

"Kamu tahu siapakah penghuni surga itu?"

"Tidak!" Jawabku.

"Lihatlah mereka yang berjalan memenuhi panggilan adzan untuk rukuk dan sujud kepada Tuhannya. Mereka mengabaikan aktivitasnya meskipun aktivitas tersebut dapat memberikan dunia yang berlimpah."

Di usia senjanya semangat untuk menjadi muslim yang kaffah semakin kental pada dirinya. Rambut putih yang tumbuh di kepala tidak menghalangi dirinya untuk bersujud di barisan pertama disetiap waktu adzan dikumandangkan.

"Shalat berjamaah warisan nabi dan sahabat. Di dalamnya penuh dengan ruh dan kekuatan umat islam. "

Saya mendengarkan nasihatnya dengan seksama. Suaranya yang tenang dan terdengar sejuk menusuk qalbu. Sinar wajahnya sangatlah tampak sebagai akibat cucuran air wudhu yang sering membasuhi wajahnya.

"Nak, semua muslim itu Insya Allah shalat. Tapi, shalat berjamaah itu pilihan. Tidak semua orang terpanggil untuk melaksanakannya. Bahkan, ada sebagian manusia yang enggan untuk dipanggil untuk memenuhi seruan muadzin. Nasihatku untukmu jadilah bagian dari orang-orang yang terpanggil meski terkadang hatimu enggan untuk memenuhinya."

Bergetar hati ini mendengar nasihatnya. Ada sebuah dorongan di kedua pelupuk mata ini yang memaksa untuk keluar namun aku tahan.

"Nak, tahukah kamu bahwa umar pernah mewakafkan kebunnya kepada Nabi? Kala itu Umar sedang sibuk berkebun hingga ia tertinggal shalat ashar berjamaah. Perhatikanlah, para sahabat nabii akan mengorbankan dunia untuk akhiratnya. Tapi kamu lihat juga manusia-manusia saat ini. Berapa banyak dari mereka yang mengorbankan akhirat untuk dunianya.

Banyak orang sibuk mengerjakan aktivitasnya dengan mengabaikan shalat di awal waktu. Padahal shalat berjamaah itu adalah bukti kepatuhan kita kepada Allah Azza Wajalla."

"Terima kasih atas nasihatnya. Apa yang Bapak sampaikan sangat membekas di hati saya."

"Jadilah bagian dari orang-orang yang terpilih itu. Karena mereka itu sedikit sekali jumlahnya."

Saat Adzan Berkumandang

Allahu akbar... Allahu akbar...

Suara adzan isya' mengudara dari sebuah musholla yang tidak jauh dari tempatkusedang menyantap sepiring nasi goreng. Tinggal beberapa suapan lagi, aku bergegas menghabiskan makan malamku itu. Panggilan dari musholla itu sangat penting.

Di tengah asyikku menyelesaikan makan malam, tiba-tiba terdengar bunyi memekakkan telinga. "Grooung... groooung... grooooung...". Segera aku menengok ke arah suara. Rupanya suara itu berasal dari bengkel yang berada 6 meter dari warung nasi goreng tempatku berada. Suara itu dikeluarkan oleh knalpot sebuah sepeda motor yang digeber gasnya. (Ya, itu bunyi knalpot motor digeber. Maaf kalau salah menuliskannya bunyi suaranya :-) ).

Hati ku panas. Ada dua alasan yang membuat aku kesal. Pertama, tentu saja suaranya yang sangat mengganggu dan memekakkan telinga. Suara itu semakin lama semakin keras. Semakin keras suara itu, mungkin semakin membuat pemiliknya senang bukan main. Tapi kebalikannya denganku.

Kedua, karena suara itu mengganggu suara adzan yang sedang berkumandang. Penggeber gas motor itu sangat tidak sopan sekali kepada Allah SWT. Seharusnya dia mengerti adab ketika adzan dikumandangkan. Dan jauh lebih baik lagi apabila dia menjawab adzan itu.

Ya, memang orang yang di bengkel itu belum tentu seorang muslim. Andai kata dia seorang muslim, sangat disayangkan. Tapi kalau dia non muslim, sangat lebih baik apabila dia faham bahwa dalam Islam - agama mayoritas penduduk di mana ia hidup - ada adab dalam mendengarkan adzan, yaitu diam dan menjawab adzan. Untuknya, diam itu sudah cukup dan jangan membuat kegaduhan.

Saya pernah dalam sebuah perjalan dari daerah Sudirman Jakarta menuju Pasar Minggu menumpang bus metro mini 604. Di tengah perjalanan, naik lah seorang pengamen. Orang itu kemudian membawakan lagu diiringi gitar. Ketika sedang mengamen, terdengar suara adzan maghrib dari sebuah masjid di pinggir jalan. Spontan saja pengamen itu berhenti mengamen.

Subhanallah. Saya appreciate sekali dengan pengamen tersebut. Sikapnya yang sederhana itu patut menjadi pelajaran bagi para penumpang di dalam bus.

Mungkin karena kebodohan saya atau memang tidak ada, saya belum pernah mendapatkan hadits yang menyuruh kita diam apabila dikumandangkan adzan. Yang ada adalah hadits tentang menjawab adzan. Tetapi diam itu sendiri adalah adab ketika mendengar adzan. Karena untuk menjawab adzan, suara adzan itu harus terdengar jelas kalimat demi kalimatnya. Kalau dalam keadaan gaduh, adzan tidak begitu terdengar.

Adab mencerminkan akhlak kita. Ada adab dalam membaca Al-Qur'an, ada adab dalam berdo'a, juga ada adab dalam mendengar adzan. Perilaku kita semestinya sesuai dengan adab-adab tersebut untuk memperlihatkan pribadi yang berakhlak mulia.

Sedihnya, suara adzan di negara mayoritas berpenduduk Islam ini tidak saja dilecehkan oleh tindak-tindakan yang tidak sesuai dengan adab. Bahkan suaranya yang mengudara merdu tiap lima kali sehari itu juga mendapat gugatan dari sekelompok orang yang menganggap suara itu mengganggu masyarakat. Gilanya lagi, gugatan itu datang dari pemuda-pemudi Islam yang mengaku menjunjung tinggi toleransi.

Allahu'alam bish-showab.

note

Nasihat sederhana seperti ajakan sholat, penjelasan keutamaan suatu amalan, ajakan puasa sunnah, penjelasan hukum Islam, bahaya keyakinan menyimpang dan amalan tanpa dasar, semua itu bisa menjadi pesan dakwah yang sederhana, namun memiliki pahala yang besar disisi Allah ta'ala.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa memberi petunjuk pada kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikuti ajakannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (HR. Muslim)

Ingatlah, tugas kita hanya menyampaikan. Sedangkan hidayah hanyalah datang dari Allah. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Al-Qashshash: 56)

Wednesday, January 25, 2012

Dari Mana Kau Dapatkan Uangnya?

DI BAWAH pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, wilayah kerajaan kian meluas dan kehidupan rakyat kian terjamin. Ini tidak lepas dari kepiawaian Umar dalam menjalankan kebijakan politik. Istananya tidak kalah megah dibandingkan dengan istana para kepala negara lainnya. Indah dan anggun, dihiasi taman bunga yang berwarna-warni.

Namun kehidupan pribadi Umar justru jauh dari mewah. Itu terlihat jelas dari segala tindak-tanduknya. Baik yang menyangkut kepentingan negara maupun rakyatnya. Umar hidup sederhana saja. Ia tidak mau menikmati sesuatu sebelum tahu asal-usulnya, atau haram-halalnya.

Pernah pada suatu kali, Istrinya merasa sangat kasihan melihat Suami tercintanya itu hanya makan roti tawar dan keras setiap hari. Maka ia menyediakan roti gandum yang lebih lezat dengan racikan daging domba di dalamnya. Ketika Umar disodori hidangan itu, ia terbelalak. Ini istimewa baginya. Ia bertanya kepada Istrinya, “Dari mana kauperoleh makanan mewah ini?”

“Aku bikin sendiri, Suamiku, Amirul Mukminin...” jawab Istrinya tertunduk.

Umar memperhatikan muka Istrinya. “Uangnya dari mana sampai kau bisa membeli semua ini?”

Istrinya menarik nafas panjang. “Aku berhemat dari uang belanja yang kauberikan. Aku kumpulkan sedikit demi sedikit selama satu bulan belakangan ini.”

Kepala Umar mangut-mangut, mengerti, “Berapa semuanya ini?”

Tanpa curiga sang Istri menjawab, “Tiga setengah dirham... Amirul Mukminin.”

Umar kelihatan terkejut mendengar jawaban Istrinya itu, “Tiga setengah dirham? Banyak sekali. Itu cukup untuk memberi makan dua orang selama dua hari.”

Lalu ketika itu juga Umar memanggil salah seorang pembantunya, “Muzahim, apakah engkau di sini makan kenyang?”

“Kadang-kadang malahan terlalu kenyang...” ujar Muzahim singkat.

“Apakah makanan yang kaumakan di sini lezat?”

Muzahim mendehem, “Jauh lebih lezat daripada makanan yang ada di rumah saya, Amirul Mukiminin.”

“Kalau begitu,” Umar berkata tegas, “Kurangi biaya keluargaku dengan tiga setengah dirham sejak bulan ini. Karena belanja yang biasa kuberikan kepada Istriku, bisa disimpan tiga setengah dirham tiap bulannya.”

Umar lantas memotong roti di meja, dan dimakannya sebagian guna menyenangkan hati Istrinya. Selebihnya diberikan kepada beberapa anak yatim.

Hari berikutnya, seorang perempuan datang untuk mengadu kepada Umar. Ia ditemui Istrinya, menunggu Umar yang masih berada di dalam. Tidak berapa lama kemudian Umar muncul seraya menenteng dulang berisi buah anggur. Umar menyuguhkannya kepada perempuan itu beberapa buah yang masih segar dan manis. Tiap kali ia menerimanya, perempuan itu selalu mengucap “Alhamdulillah,” sehingga Umar sangat gembira. Sisanya yang hampir busuk dipisahkannya untuk dimakan sendiri bersama keluarganya. Setelah itu, barulah ia menanyakan kebutuhan maksud kedatangan perempuan yang berbudi itu.

Dengan hati-hati. Perempuan itu mengatakan terus-terang perihal lima orang anaknya yang tidak mempunyai pekerjaan. “Bantulah kami, wahai Amirul Mukminim.”

Seketika Umar berlinang-linang air matanya. Ia menyesali dirinya karena sebagai pemimpin ia tidak tahu bawah di antara rakyatnya masih ada yang tidak punya pekerjaan. Sementara ada pula yang bertumpuk jabatannya.

“Coba sebutkan nama anak Ibu yang pertama,” ujar Umar kepada wanita itu.

Wanitu itu menurut. Disebutkannya nama sang anak. Umar menuliskannya pada selembar kertas disertai jumlah bantuan yang akan diberikan. Keputusan itu disambut dengan suka cita dan wanita itu berucap “Alhamdulillah”. Ketika disebutkannya anak nomor dua, nomor tiga dan nomor empat, Umar juga melakukan hal yang sama yaitu menuliskan nama-nama mereka dan menuliskan sejumlah bantuan kepada mereka. Si ibu juga menjawab “Alhamdulillah.”

Namun, ketika tiba giliran anak nomor lima, saking girangnya karena jumlah yang diberikan oleh Umar begitu besarnya, ibu itu buru-buru membungkukkan badannya seraya berkata, “Terima kasih, terima kasih, Tuan...”

Mendadak wajah Umar merah padam. Ia memberengut dan terlihat marah. Serentak ia menyobekkan kertas yang kelima yang tengah digenggamnya itu. Si Perempuan jelas keheranan. Umar berkata tegas, “Sampai anak keempat, Ibu selalu mengucap ‘Alhamdulillah’, suatu pernyataan syukur kepada Dzat yang berhak menerimanya, karena Dialah pada dasarnya yang mempunyai kuasa memberi dan mengambil. Tetapi giliran anak kelima, Ibu malahan berterima kasih kepada saya. Apa sebabnya?”

Si Ibu tampak pucat mukanya. Dengan terbata-bata ia menyahut, “Tuan amat dermawan dan berhati mulia.”

“Maaf, ucapan itu tidak layak Ibu limpahkan kepada saya,” Umar menjawab sambil terus memandangi wajah si Ibu yang masih pucat dan tertunduk. “Apalah daya saya ini sampai Ibu memuji-muji saya? Bukankah segala puji itu hanya milik Allah? Saya ini tidak berdaya dan tidak berbeda dengan Ibu. Bahkan di depan Allah, mungkin saya lebih hina karena hisab Ibu sangat ringan, sedangkan hisab saya berat sekali. Untuk itu saya hanya berkewajiban memberikan bantuan kepada empat anak Ibu saja. Sebab hanya untuk mereka Ibu telah berterima kasih kepada Dzat yang layak dipuja-puja. Tetapi hendaknya bantuan saya itu dibagi-bagikan secara adil buat seluruh keluarga.”

Ukhti fillah, masihkah kau tidak ingin berjilbab?

Renungan buat Muslimah yang belum ingin menutup auratnya dengan Hijab

Beralasan belum siap berjilbab karena yang penting hatinya dulu diperbaiki?

Kami jawab, ”Hati juga mesti baik. Lahiriyah pun demikian. Karena iman itu mencakup amalan hati, perkataan dan perbuatan. Hanya pemahaman keliru yang menganggap iman itu cukup dengan amalan hati ditambah perkataan lisan tanpa mesti ditambah amalan lahiriyah. Iman butuh realisasi dalam tindakan dan amalan”

Beralasan belum siap berjilbab karena mengenakannya begitu gerah dan panas?

Kami jawab, ”Lebih mending mana, panas di dunia karena melakukan ketaatan ataukah panas di neraka karena durhaka?” Coba direnungkan!

Beralasan lagi karena saat ini belum siap berjilbab?

Kami jawab, ”Jika tidak sekarang, lalu kapan lagi? Apa tahun depan? Apa dua tahun lagi? Apa jika sudah keriput dan rambut ubanan? Inilah was-was dari setan supaya kita menunda amalan baik. Mengapa mesti menunda berhijab? Dan kita tidak tahu besok kita masih di dunia ini ataukah sudah di alam barzakh, bahkan kita tidak tahu keadaan kita sejam atau semenit mendatang. So … jangan menunda-nunda beramal baik. Jangan menunda-nunda untuk berjilbab.”

Perkataan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berikut seharusnya menjadi renungan:

“Jika engkau berada di waktu sore, maka janganlah menunggu pagi. Jika engkau berada di waktu pagi, janganlah menunggu waktu sore. Manfaatkanlah masa sehatmu sebelum datang sakitmu dan manfaatkanlah hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Bukhari no. 6416). Hadits ini menunjukkan dorongan untuk menjadikan kematian seperti berada di hadapan kita sehingga bayangan tersebut menjadikan kita bersiap-siap dengan amalan sholeh.

Allah Ta’ala berfirman,

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)

Subhanallah..

Masihkah kamu ragu wahai Ukhti fillah untuk menutup kemolekan tubuhmu dengan hijab? masihkah? Ingatlah, sesungguhnya api neraka akan membakar tubuh yang kau sajikan untuk lelaki hidung belang, kau bisa beralasan ini dan itu, Demi Allah, sesungghnya, kita tak akan mampu menebak kapan nyawa ini akan diambil oleh Malaikat Maut! Innalillahi waa inna ialaihi rojiun..

hmmmmm

Wahai para wanita...tahukah anda bahwa:

(1) Semakin banyak pandangan lelaki yang tergiur denganmu semakin bertumpuk pula dosa-dosamu

(2) Semakin sang lelaki menghayalkanmu...semakin berhasrat denganmu maka semakin bertumpuk pula dosa-dosamu

(3) Janganlah anda menyangka senyumanmu yang kau tebarkan secara sembarangan tidak akan ada pertanggungjawabannya kelak..!!!. Bisa jadi senyumanmu sekejap menjadi bahan lamunan seorang lelaki yang tidak halal bagimu selama berhari-hari.., apalagi keelokan tubuhmu....

(4) Bayangkanlah... betapa bertumpuk dosa-dosa para artis dan penyanyi yang aurotnya diumbar di hadapan ribuan...bahkan jutaan para lelaki??

(5) Jika anda menjaga kecantikanmu dan kemolekan tubuhmu hanya untuk suamimu...maka anda kelak akan semakin cantik dan semakin molek di surga Allah...,

(6) Akan tetapi jika anda umbar kecantikanmu dan kemolekanmu maka ingatlah itu semua akan sirna dan akan lebur di dalam liang lahad menjadi santapan cacing dan ulat...dan di akhirat kelak...bisa jadi berubah menjadi bahan bakar neraka jahannam!!!

Sunday, January 1, 2012

Wanita di Otak Lelaki

Kamu tau kenapa saya suka wanita itu pakai jilbab? Jawabannya sederhana, karena mata saya susah diajak kompromi. Bisa dibayangkan bagaimana saya harus mengontrol mata saya ini mulai dari keluar pintu rumah sampai kembali masuk rumah lagi. Dan kamu tau? Di kampus tempat saya seharian disana, kemana arah mata memandang selalu saja membuat mata saya terbelalak. Hanya dua arah yang bisa membuat saya tenang, mendongak ke atas langit atau menunduk ke tanah.

Melihat kedepan ada perempuan berlenggok dengan seutas “Tank Top”, noleh ke kiri pemandangan “Pinggul terbuka”, menghindar kekanan ada sajian “Celana ketat plus You Can See”, balik ke belakang dihadang oleh “Dada menantang!” Astaghfirullah… kemana lagi mata ini harus memandang?

Kalau saya berbicara nafsu, ow jelas sekali saya suka. Kurang merangsang itu mah! Tapi sayang, saya tak ingin hidup ini dibaluti oleh nafsu. Saya juga butuh hidup dengan pemandangan yang membuat saya tenang. Saya ingin melihat wanita bukan sebagai objek pemuas mata. Tapi mereka adalah sosok yang anggun mempesona, kalau dipandang bikin sejuk di mata. Bukan paras yang membikin mata panas, membuat iman lepas ditarik oleh pikiran “ngeres” dan hatipun menjadi keras.

Andai wanita itu mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh laki-laki ketika melihat mereka berpakaian seksi, saya yakin mereka tak mau tampil seperti itu lagi. Kecuali bagi mereka yang memang punya niat untuk menarik lelaki untuk memakai aset berharga yang mereka punya.

Istilah seksi kalau boleh saya definisikan berdasar kata dasarnya adalah penuh daya tarik seks. Kalau ada wanita yang dibilang seksi oleh para lelaki, janganlah berbangga hati dulu. Sebagai seorang manusia yang punya fitrah dihormati dan dihargai semestinya anda malu, karena penampilan seksi itu sudah membuat mata lelaki menelanjangi anda, membayangkan anda adalah objek syahwat dalam alam pikirannya. Berharap anda melakukan lebih seksi, lebih… dan lebih lagi. Dan anda tau apa kesimpulan yang ada dalam benak sang lelaki? Yaitunya: anda bisa diajak untuk begini dan begitu alias gampangan!

Mau tidak mau, sengaja ataupun tidak anda sudah membuat diri anda tidak dihargai dan dihormati oleh penampilan anda sendiri yang anda sajikan pada mata lelaki. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada diri anda, apa itu dengan kata-kata yang nyeleneh, pelecehan seksual atau mungkin sampai pada perkosaan. Siapa yang semestinya disalahkan? Saya yakin anda menjawabnya “lelaki” bukan? Oh betapa tersiksanya menjadi seorang lelaki dijaman sekarang ini.

Kalau boleh saya ibaratkan, tak ada pembeli kalau tidak ada yang jual. Simpel saja, orang pasti akan beli kalau ada yang nawarin. Apalagi barang bagus itu gratis, wah pasti semua orang akan berebut untuk menerima. Nah apa bedanya dengan anda menawarkan penampilan seksi anda pada khalayak ramai, saya yakin siapa yang melihat ingin mencicipinya.

Begitulah seharian tadi saya harus menahan penyiksaan pada mata ini. Bukan pada hari ini saja, rata-rata setiap harinya. Saya ingin protes, tapi mau protes ke mana? Apakah saya harus menikmatinya? tapi saya sungguh takut dengan Zat yang memberi mata ini. Bagaimana nanti saya mempertanggungjawabkan nanti? sungguh dilema yang berkepanjangan dalam hidup saya.

Allah Taala telah berfirman: “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya”, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita beriman “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. An-Nuur : 30-31).

Jadi tak salah bukan kalau saya sering berdiam di ruangan kecil ini, duduk di depan komputer menyerap sekian juta elektron yang terpancar dari monitor, saya hanya ingin menahan pandangan mata ini. Biarlah mata saya ini rusak oleh radiasi monitor, daripada saya tak bisa pertanggung jawabkan nantinya. Jadi tak salah juga bukan? kalau saya paling malas diajak ke mall, jjs, kafe, dan semacam tempat yang selalu menyajikan keseksian.

Saya yakin, banyak laki-laki yang punya dilema seperti saya ini. Mungkin ada yang menikmati, tetapi sebagian besar ada yang takut dan bingung harus berbuat apa. Bagi anda para wanita apakah akan selalu bahkan semakin menyiksa kami sampai kami tak mampu lagi memikirkan mana yang baik dan mana yang buruk. Kemudian terpaksa mengambil kesimpulan menikmati pemadangan yang anda tayangkan?

So, berjilbablah … karena itu sungguh nyaman, tentram, anggun, cantik, mempersona dan tentunya sejuk dimata