Dakwah itu cinta. Benarkah? Sungguh indah kalimat ini terdengar di telingaku. Cinta yang bagaimana? Apakah cinta seperti pecinta memuja idaman hati mereka?
Kucoba resapi maknanya. Mengingat-ingat memori, sudah pernahkah aku berdakwah selama ini? Wah, pastinya sudah, walaupun kadang dalam hal yang sangat kecil.
Tunggu, tunggu, sepertinya benakku mengingat sesuatu.
Aku ingat ketika makan di kafe pada siang hari dengan para sahabatku. Ketika azan zuhur terdengar dari mesjid di dekat situ, kebanyakan mereka tidak mendengarkan. Dan aku pun dengan lembut mengingatkan,”Sst..lagi azan tuh. Dengerin bentar yuk”
Juga, aku ingat ketika sahabatku mendapatkan masalah yang begitu berat, hingga air matanya tak henti mengalir. Dan berulang kali juga aku menepuk pundaknya, merengkuh bahunya dalam pelukan, sambil membisikkan kalimat “Istigfar, istigfar ya..Insya Allah, sesudah kesulitan ada kemudahan..”
Atau juga ketika aku duduk melingkar di sebuah halaqah, mendengarkan murabbiku yang bersemangat merangkai kata, menyampaikan ayat-ayat Allah dengan antusiasnya, hingga butiran keringatnya mengalir di pelipis.
Sahabat, pernahkah kau mengalaminya seperti yang kualami?
Ternyata benar, dakwah itu adalah cinta. Kecintaan kita akan islam, sehingga kita akan selalu berusaha menyampaikan ajaran agama yang indah ini.
Ternyata benar, dakwah itu adalah cinta,. Kecintaan akan kebaikan-kebaikan, hingga kita akan selalu menebar benih-benih kebaikan di muka bumi.
Dakwah itu cinta, dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu.
Mari berdakwah, sahabat, walaupun cuma satu ayat.
Demi cinta kita akan Islam, demi menebarkan benih kebaikan di bumi Allah ini.
baiknya kita menyampaikan yang baik, berkata yang baik, menulis yang baik, dan komentar yang baik.
Monday, April 9, 2012
Kuburan Rumah Masa Depan Manusia
Dunia yang penuh hiruk pikuk ini, telah membuat manusia satu sama lain menjadi saling curiga dan saling tidak mempercayai satu sama lain, dikarenakan banyaknya kebohongan-kebohongan yang ditampilkan lewat tokok-tokoh public yang beredar di suarat kabar, majalah, TV, internet dan lain sebagainya. Dunia yang semestinya menjadi alat untuk berbagi dengan sesama menurut potensi masing-masing, telah menjadi semacam tempat untuk menghancurkan nama baik sesamanya.
Dunia adalah ladang amal atau tempat manusia menebar benih-benih kebajikan. Selagi di dunia tak akan pernah ada yang sempurna, dan memang begitu dunia di ciptakanNya, untuk menunjukan pada manusia bahwa yang mempunyai sipat kesempurnaan hanyalah Tuhan. Selama di dunia, apapun namanya, tak lepas dari kekurangan, kekhilafan, kesalahan , kealfaan dan berbagai jenis sipat lainnya yang menandakan kelemahan manusia, apa lagi bila berbagai jenis kekurangan itu dicari-cari, maka makin nampaklah kekurangan tersebut, mana buktinya?
1. Orang yang bertindak hati-hati dan waspada, dibilang lambat dan tak punya ketegasan.
2. Orang yang berlaku sopan santun dan lemah lembut, dibilang menjaga citra.
3. Orang yang selalu berpiki panjang untuk mengambil keputusan, dibilang tak punya keberanian mengambil keputusan.
4. Orang yang berlaku benar, berakhlak mulia, dibilang sok suci, sok jadi orang alim.
5. Orang yang lurus-lurus saja dalam menjalani hidup dan kehidupan ini, dibilang bahwa hidup ini tak hanya hitam putih.
Dan banyak contoh lainnya yang Anda bisa cari dan tulis sebanyak-banyaknya. Mengapa itu bisa terjadi? Tak lain, karena memang tabiat manusia di jaman edan ini, orang yang benar, seperti manusia langkah, seperti orang asing yang datang entah dari mana. Seakan manusia dibuat sedemikian rupa untuk ikut-ikut edan, karena kalau tak edan, katanya tak kebagian!
Manusia kebanyakan mempunyai tabiat yang senang sekali mencari kesalahan orang, suka sekali mengkritik orang lain, seperti dia sedniri yang paling benar, paling pinter, paling hebat dan seterusnya, yang pada ujung-ujungnya menimbulkan sipat merendahkan orang lain, sedangkan merendahkan orang lain adalah salah satu sipat sombong, lebih celakanya lagi sudah sombong, tak tahu bahwa dirinya sombong!
Orang dibuat seperti serba salah, karena memang dicari kesalahannya, bukan kebaikannya. Coba saja ketika manusia melihat seekor domba putuih berbulu halus yang mati dan tergeletak di tengah jalan, yang dilihat adalah bangkainya, baunya, bukan bulunya yang halus dan giginya yang putih. Atau sama ketika melihat orang-orang Afrika, yang ditandai pertama adalah kulitnya yang hitam, bukan giginya yang putih bersih! Begitu memang tabiat manusia, senang sekali menghina orang lain yang tak sependapat dengannya, kadang-kadang bahkan, maaf, anjing dan babi pun di bawa-bawa untuk menjadi alat sumpah serapah, seperti kehilangan kata-kata untuk sopan dan santun!
Orang seperti ini sering kali lupa, ketika dia menghina manusia lain, sebenarnya dia sedang menghina dirinya sendiri, karena dia juga manusia! Dan ketika jari telunjuknya terarah kepada orang lain, ke empat jari yang lain sedang menuju keaarahnya. Jadi sebenarnya ketika orang menghina orang lain, maaf, dengan kata-kata yang amat kasar, seperti menyebut kata anjing dan babi, sebenarnya sedang ditujukan untuk dirinya sendiri! Karena manusia yang baik, tak akan mengeluarkan kata-kata seperti itu kepada orang lain, jadi sekali lagi orang-orang semacam itu, tak jauh dari kotoran dan sumpah serapahnya sendiri.
Makanya kata utusannya: ” manusia yang kuat adalah manusia yang mampu menahan amarahnya, emosinya!“ Orang-orang yang penuh amarah seringkali tak bisa mengontrol dirinya sendiri, dan repotnya lagi, merasa bahwa kebenaran adalah miliknya sendiri, pihak lain adalah salah! Orang seperti ini seringkali lupa, bahwa kebenaran manusia relatif adanya, kebenaran yang mutlak hanya milik Tuhan. Dengan demikian manusia diharapkan menjadi manusia yang selalu rendah hati, tidak sombong, karena Tuhan amat membenci manusia yang sombong!
Ciri kesombongan ada dua: pertama, tidak mau mengakui kebenaran, yang ke dua, merendahkan orang lain. Dengan demikian siapapun orangnya, bila dua ciri ini melekat pada dirinya, itu berarti sudah termasuk ke dalam kesombongan dan orang sombong temannya Iblis! Dan kesombongan pula yang menyebabkan sang Iblis di usir dari surga. Karena Iblis menganggap dirinya lebih baik ketimbang Adam!
Lalu bagaimana kiat agar tak sombong atau tidak menjadi orang sombong?
1. Menyadari bahwa manusia berasal dari tanah, hidup di atas tanah dan saat mati kembali ke tanah. Tanah tempatnya berjalan sekarang adalah tanah yang akan menjadi kuburannya nanti. Jadi betapapun cantiknya seorang wanita atau setampan apapun seorang laki-laki, pada hakekatnya hanyalah tanah!
2. Manusia adalah “WC” berjalan, karena ke mana-mana manusia membawa kotoran di dalam perutnya, dan kalau sudah mendesak, kotoran tersebut harus di buang! Dan Anda mengetahui kotoran manusia sangat menjijikan. Dengan demikian apa yang mau disombongkan? Kekayaan, pangkat dan jabatan hanyalah sementara dan itu tak di bawa mati.
3. Menyadari bahwa sepinter apapun manusia, ada yang lebih pinter lagi.” Di atas langit ada langit yang lain” Lalu mengapa harus membodoh-bodohi orang lain, buat apa menghina orang lain yang tak sejalan, buat apa menambah permusuhan dengan mencaci maki orang lain, bahkan sampai-sampai orang lain disumpah serapahi dengan isi kebun binatang! Buat apa? “ Seribu teman itu kurang, tapi seorang musuh sudah terlalu banyak” Hidup hanya sekali, buat apa cari musuh?
4. Ketika sudah merasa diri lebih hebat dari orang lain, karena lebih kecerdasanya, kekayaanya, pangkat, jabatan, titel dan lain sebagainya, semestinya disukuri, bukan di jadikan alat untuk merendahkan orang lain. Alhamdulillah lebih kaya, lebih cerdas, lebih cantik dan lainnya, bukan malah merendahkan orang lain.
Karena yang diterima manusia bagaimanapun ada Yang Maha Pengatur, manusia memang dilebihkan satu sama lainnya. Itu sengaja diciptakanNya, agar manusia berbagi. Loh kalau manusia kaya semua, pinter semua, hebat semua, lalu siapa yang menjadi pembantu, pelayan dan lain sebagaimana? Dan jangan lupa pembantu atau pelayanpun tak boleh direndahkan karena pekerjaannya, bisa jadi pembantu lebih mulia, karena pekerjaannya halal, ketimbang tuanya yang koruptor!
5. Kuburan adalah rumah masa depan manusia. Ingat akan akhir perjalanan manusia, kemanapun manusia melangkah, ujung akhir perjalanan manusia adalah kematian. Mau ke mana? Sejauh apapun manusia, perjalanannya masih tetap di bumi tempat manusia di lahirkan dan dibesarkan. Sedangkan para astronot yang sedang berada di stasiun angkasapun, pada akhirnya tetap saja turun kembali ke bumi dan saat meninggal dikebumikan di bumi, kecuali matinya di angkasa.
Jadi sebenarnya banyak cara agar tidak sombong atau merasa lebih dari orang lain, dengan 5 kiat di atas cukuplah untuk mengukur diri, bahwa sebenarnya setiap diri “tak ada apa-apanya”, tak lebih dari orang lain, karena bagaimanapun setiap manusia punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Demikian kiat-kiat yang bisa Saya sampaikan, Anda bisa menambahkannya sebanyak yang Anda suka. Sampai jumpa di tulisan berikutnya. Terima kasih.
Dunia adalah ladang amal atau tempat manusia menebar benih-benih kebajikan. Selagi di dunia tak akan pernah ada yang sempurna, dan memang begitu dunia di ciptakanNya, untuk menunjukan pada manusia bahwa yang mempunyai sipat kesempurnaan hanyalah Tuhan. Selama di dunia, apapun namanya, tak lepas dari kekurangan, kekhilafan, kesalahan , kealfaan dan berbagai jenis sipat lainnya yang menandakan kelemahan manusia, apa lagi bila berbagai jenis kekurangan itu dicari-cari, maka makin nampaklah kekurangan tersebut, mana buktinya?
1. Orang yang bertindak hati-hati dan waspada, dibilang lambat dan tak punya ketegasan.
2. Orang yang berlaku sopan santun dan lemah lembut, dibilang menjaga citra.
3. Orang yang selalu berpiki panjang untuk mengambil keputusan, dibilang tak punya keberanian mengambil keputusan.
4. Orang yang berlaku benar, berakhlak mulia, dibilang sok suci, sok jadi orang alim.
5. Orang yang lurus-lurus saja dalam menjalani hidup dan kehidupan ini, dibilang bahwa hidup ini tak hanya hitam putih.
Dan banyak contoh lainnya yang Anda bisa cari dan tulis sebanyak-banyaknya. Mengapa itu bisa terjadi? Tak lain, karena memang tabiat manusia di jaman edan ini, orang yang benar, seperti manusia langkah, seperti orang asing yang datang entah dari mana. Seakan manusia dibuat sedemikian rupa untuk ikut-ikut edan, karena kalau tak edan, katanya tak kebagian!
Manusia kebanyakan mempunyai tabiat yang senang sekali mencari kesalahan orang, suka sekali mengkritik orang lain, seperti dia sedniri yang paling benar, paling pinter, paling hebat dan seterusnya, yang pada ujung-ujungnya menimbulkan sipat merendahkan orang lain, sedangkan merendahkan orang lain adalah salah satu sipat sombong, lebih celakanya lagi sudah sombong, tak tahu bahwa dirinya sombong!
Orang dibuat seperti serba salah, karena memang dicari kesalahannya, bukan kebaikannya. Coba saja ketika manusia melihat seekor domba putuih berbulu halus yang mati dan tergeletak di tengah jalan, yang dilihat adalah bangkainya, baunya, bukan bulunya yang halus dan giginya yang putih. Atau sama ketika melihat orang-orang Afrika, yang ditandai pertama adalah kulitnya yang hitam, bukan giginya yang putih bersih! Begitu memang tabiat manusia, senang sekali menghina orang lain yang tak sependapat dengannya, kadang-kadang bahkan, maaf, anjing dan babi pun di bawa-bawa untuk menjadi alat sumpah serapah, seperti kehilangan kata-kata untuk sopan dan santun!
Orang seperti ini sering kali lupa, ketika dia menghina manusia lain, sebenarnya dia sedang menghina dirinya sendiri, karena dia juga manusia! Dan ketika jari telunjuknya terarah kepada orang lain, ke empat jari yang lain sedang menuju keaarahnya. Jadi sebenarnya ketika orang menghina orang lain, maaf, dengan kata-kata yang amat kasar, seperti menyebut kata anjing dan babi, sebenarnya sedang ditujukan untuk dirinya sendiri! Karena manusia yang baik, tak akan mengeluarkan kata-kata seperti itu kepada orang lain, jadi sekali lagi orang-orang semacam itu, tak jauh dari kotoran dan sumpah serapahnya sendiri.
Makanya kata utusannya: ” manusia yang kuat adalah manusia yang mampu menahan amarahnya, emosinya!“ Orang-orang yang penuh amarah seringkali tak bisa mengontrol dirinya sendiri, dan repotnya lagi, merasa bahwa kebenaran adalah miliknya sendiri, pihak lain adalah salah! Orang seperti ini seringkali lupa, bahwa kebenaran manusia relatif adanya, kebenaran yang mutlak hanya milik Tuhan. Dengan demikian manusia diharapkan menjadi manusia yang selalu rendah hati, tidak sombong, karena Tuhan amat membenci manusia yang sombong!
Ciri kesombongan ada dua: pertama, tidak mau mengakui kebenaran, yang ke dua, merendahkan orang lain. Dengan demikian siapapun orangnya, bila dua ciri ini melekat pada dirinya, itu berarti sudah termasuk ke dalam kesombongan dan orang sombong temannya Iblis! Dan kesombongan pula yang menyebabkan sang Iblis di usir dari surga. Karena Iblis menganggap dirinya lebih baik ketimbang Adam!
Lalu bagaimana kiat agar tak sombong atau tidak menjadi orang sombong?
1. Menyadari bahwa manusia berasal dari tanah, hidup di atas tanah dan saat mati kembali ke tanah. Tanah tempatnya berjalan sekarang adalah tanah yang akan menjadi kuburannya nanti. Jadi betapapun cantiknya seorang wanita atau setampan apapun seorang laki-laki, pada hakekatnya hanyalah tanah!
2. Manusia adalah “WC” berjalan, karena ke mana-mana manusia membawa kotoran di dalam perutnya, dan kalau sudah mendesak, kotoran tersebut harus di buang! Dan Anda mengetahui kotoran manusia sangat menjijikan. Dengan demikian apa yang mau disombongkan? Kekayaan, pangkat dan jabatan hanyalah sementara dan itu tak di bawa mati.
3. Menyadari bahwa sepinter apapun manusia, ada yang lebih pinter lagi.” Di atas langit ada langit yang lain” Lalu mengapa harus membodoh-bodohi orang lain, buat apa menghina orang lain yang tak sejalan, buat apa menambah permusuhan dengan mencaci maki orang lain, bahkan sampai-sampai orang lain disumpah serapahi dengan isi kebun binatang! Buat apa? “ Seribu teman itu kurang, tapi seorang musuh sudah terlalu banyak” Hidup hanya sekali, buat apa cari musuh?
4. Ketika sudah merasa diri lebih hebat dari orang lain, karena lebih kecerdasanya, kekayaanya, pangkat, jabatan, titel dan lain sebagainya, semestinya disukuri, bukan di jadikan alat untuk merendahkan orang lain. Alhamdulillah lebih kaya, lebih cerdas, lebih cantik dan lainnya, bukan malah merendahkan orang lain.
Karena yang diterima manusia bagaimanapun ada Yang Maha Pengatur, manusia memang dilebihkan satu sama lainnya. Itu sengaja diciptakanNya, agar manusia berbagi. Loh kalau manusia kaya semua, pinter semua, hebat semua, lalu siapa yang menjadi pembantu, pelayan dan lain sebagaimana? Dan jangan lupa pembantu atau pelayanpun tak boleh direndahkan karena pekerjaannya, bisa jadi pembantu lebih mulia, karena pekerjaannya halal, ketimbang tuanya yang koruptor!
5. Kuburan adalah rumah masa depan manusia. Ingat akan akhir perjalanan manusia, kemanapun manusia melangkah, ujung akhir perjalanan manusia adalah kematian. Mau ke mana? Sejauh apapun manusia, perjalanannya masih tetap di bumi tempat manusia di lahirkan dan dibesarkan. Sedangkan para astronot yang sedang berada di stasiun angkasapun, pada akhirnya tetap saja turun kembali ke bumi dan saat meninggal dikebumikan di bumi, kecuali matinya di angkasa.
Jadi sebenarnya banyak cara agar tidak sombong atau merasa lebih dari orang lain, dengan 5 kiat di atas cukuplah untuk mengukur diri, bahwa sebenarnya setiap diri “tak ada apa-apanya”, tak lebih dari orang lain, karena bagaimanapun setiap manusia punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Demikian kiat-kiat yang bisa Saya sampaikan, Anda bisa menambahkannya sebanyak yang Anda suka. Sampai jumpa di tulisan berikutnya. Terima kasih.
Subscribe to:
Posts (Atom)