Sunday, March 25, 2012

Sang Penawar Kegalauan; Al Qur’an

SETIAP insan pasti menginginkan kesenangan, kesejahteraan, kenikmatan dan kenyamanan. Tidak ada siapapun yang mau hidupnya dipenuhi kesusahan, kesengsaraan dan dikelilingi masalah berpanjangan.
Kadangkala atas sebab tertentu seseorang itu mengalami bermacam masalah penyakit jiwa seperti tekanan perasaan, pusing, resah gelisah dan lebih parah lagi mungkin menyebabkan seseorang tidak dapat membuat pertimbangan dengan baik
Sebenarnya apabila kita merujuk kepada al-Quran, memang dijelaskan sebab penyakit itu berlaku diantaranya seseorang itu tidak dapat menerima ujian Allah. Contoh, apabila seseorang itu diberikan ujian oleh Allah dengan berbentuk kesusahan, bala bencana seperti banjir, kemarau, kebakaran, kemiskinan, kematian atau penyakit, maka jiwanya akan mulai gelisah dan berkeluh kesah.

Begitu juga apabila Allah mengaruniakan nikmat berupa kekayaan kepadanya, maka timbul sikap bakhil dalam dirinya untuk menolong orang yang memerlukan bantuan. Allah berfirman : “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta),” (Surah al-Ma’arij, ayat 19-25)

Tekanan perasaan juga berlaku disebabkan seseorang itu tidak mengingat Allah, kurang menghayati dan melaksanakan ajaran Islam. Mereka lebih mementingkan tuntutan hawa nafsu semata tanpa mempedulikan keperluan rohani. Mereka lebih suka hiburan dan melupakan amal salih yang mengantarkan kepada taqwa seperti sholat, Tilawah al-Quran, berzikir dan sebagainya.
Maka tidak mustahil insan seperti ini akan mudah mengalami penyakit jiwa atau tekanan perasaan. Allah berfirman: “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (Surah Thaha, ayat 124)
Amat menyedihkan pada masa ini ada sebagian umat Islam yang mengabaikan pendidikan al-Quran, tidak mengikut petunjuk dan bimbingan al-Quran dalam urusan kehidupan mereka, apalagi menggunakannya sebagai penawar untuk mengobati penyakit jiwa yang mereka alami. Ada antara kita coba menyelesaikan masalah dengan cara bertentangan syariat seperti berjudi, meminum khomr dan mengambil undian. Bahkan ada menjadikan orang lain sebagai tempat melepaskan geram seperti melakukan penyiksaan terhadap isteri atau anak, memukul atau membunuh orang dan berkemungkinan juga bertindak membunuh diri sendiri.
Semua itu dilakukan kerana mereka beranggapan dengan cara begitu permasalahan mereka dapat diatasi. Hakikatnya, perlakuan seperti itu hanya akan menambahkan lagi kekusutan jiwa atau tekanan perasaan.
Sesungguhnya, bagi yang ingin memperoleh suasana hidup aman damai, sejahtera, harmoni dan tenang jiwa, agama Islam menggariskan panduan yang sangat hebat untuk merawat penyakit jiwa atau tekanan perasaan, diantaranya:



Sentiasa berzikir (mengingat Allah). Allah berfirman: “…Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya; (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Surah al-Ra’d, ayat 27-28)

Melaksanakan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya. Firman Allah: “Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa,dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga),maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup,serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.” (Surah al-Lail, ayat 5-10)

Menyucikan jiwa dengan menjauhi segala sifat madzmumah (sifat yang tercela) seperti hasad dengki, fitnah, takabur (menyombong diri), riya, dan terlalu cinta dunia. Allah berfirman: “sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Surah al-Syam, ayat 9-10)
Sesungguhnya kekuatan iman berperan sebagai benteng dalam mengarungi cobaan kehidupan di dunia ini. Oleh itu, dengan kembali kepada Al Islam dan mengamalkannya, jiwa manusia akan selamat dari kegelisahan dan kekacauan.
Dan Jangan sampai disebabkan terlalu sibuk mengejar kesenangan dan kemewahan dunia mengakibatkan kita lupa kepada ajaran Islam. Sesungguhnya Allah memberikan jaminan bahawa manusia yang ikhlas melaksanakan segala ajaran-Nya akan mempunyai hati dan jiwa yang tenteram.

No comments:

Post a Comment