Dalam sejarah peradaban manusia, tidak
ada yang bisa menyamai generasi para shahabat. Mereka adalah orang-orang
pilihan Allah untuk menjadi sahabat Nabi-Nya, Muhammad صلى الله عليه
وسلم. Sungguh keistimewaan yang tidak akan tertandingi oleh apa pun.
Mereka adalah generasi pilihan yang harus dijadikan panutan. Baik dari
kalangan shahabat maupun shahabiyah. Membaca kisah mereka ibarat hidup
di tengah-tengah mereka dan merasakan getaran kekuatan yang memasuki
relung hati kita meski kita tidak pernah bertemu dengan mereka.
Di antara kisah mereka yang membuat kita
terhipnotis adalah pertanyaan yang mempesona dari duta para wanita,
para shahabiyah رضي الله عنهن yang diwakili oleh Asma’. Pertanyaan itu
muncul karena kegelisahan dan keinginan mereka untuk mendapat pahala
sebagaimana kaum pria, para shahabat. Lebih menghebohkan lagi,
pertanyaan itu disampaikan ketika Nabi Muhammad bermajlis bersama para
shahabatnya.
Bagaimana kisahnya? Mungkin kita sudah
pernah mendengarnya, atau bahkan menghafalnya. Ini sebagai pengingat
saja dan menguatkan memori kita untuk mengingat kembali kisah fantastic
tersebut.
Pada suatu hari Rosululloh صلى الله عليه وسلم sedang mengajarkan al-Qur’an dan as-Sunah kepada para Shahabatnya. Di tengah keasyikan mengajar, beliau dan para shahabat dikejutkan dengan datangnya seorang shohabiyah. Dia bernama Asma’ binti Yazid bin Sakan رضي الله عنها yang menjadi duta dari para shahabiyah di belakangnya.
Pada suatu hari Rosululloh صلى الله عليه وسلم sedang mengajarkan al-Qur’an dan as-Sunah kepada para Shahabatnya. Di tengah keasyikan mengajar, beliau dan para shahabat dikejutkan dengan datangnya seorang shohabiyah. Dia bernama Asma’ binti Yazid bin Sakan رضي الله عنها yang menjadi duta dari para shahabiyah di belakangnya.
Di tengah keterjutan Rasululloh dan para shahabat, Asma’ bertanya kepada beliau صلى الله عليه وسلم, ”
Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku adalah utusan bagi seluruh wanita
muslimah yang di belakangku. Seluruhnya mengatakan sebagaimana yang aku
katakan, dan semuanyanya berpendapat sebagaimana yang aku utarakan.”
Kemudian ia melanjutkan, “Sesungguhnya
Allah mengutusmu kepada semua kaum laki-laki dan kaum wanita, kemudian
kami beriman kepadamu dan kepada Rabb mu. Adapun kami para wanita
terkurung dan terbatas gerak langkah kami. Kami menjadi penyangga rumah
tangga kaum laki-laki, dan kami adalah tempat mereka menyalurkan
syahwatnya. Kami pula yang mengandung anak-anak mereka. Akan tetapi kaum
laki-laki mendapat keutamaan melebihi kami dengan shalat Jum’at,
mengantarkan jenazah, dan berjihad. Apabila mereka keluar untuk
berjihad, kami lah yang menjaga harta mereka dan mendidik anak-anak
mereka.”
Setelah mengutarakan semua hal yang mengganjal dalam benak semua shahabiyah, ia kemudian bertanya, “Lantas, apakah kami, kaum wanita, juga mendapat pahala sebagaimana yang mereka dapat dengan amalan mereka ?”
Coba kita baca sekali lagi, “Lantas, apakah kami, kaum wanita, juga mendapat pahala sebagaimana yang mereka dapat dengan amalan mereka ?”
Mendengar pertanyaan tersebut,
Rasulullah صلى الله عليه وسلم terkagum-kagum mendengar pertanyaan yang
sangat luar biasa indahnya, sebagaimana kekaguman kita setiap kali
membaca dan mengamati pertanyaan tersebut. Indah nian. Sungguh.
Pertanyaan luar biasa yang terlontar karena ingin mendapatkan pahala
berlimpah dari profesi ibu rumah tangga; wanita yang menjaga dirinya,
harta suaminya dan mendidik anak-anaknya.
Dengan wajah tersenyum karena
mendapatkan pertanyaan yang sedemikian indahnya, Rasululloh menoleh
kepada para sahabat dengan menghadapkan seluruh tubuhnya dan bersabda, “Pernahkah kalian mendengar pertanyaan tentang agama dari seorang wanita yang lebih baik dari apa yang dia tanyakan?”
Para sahabat yang belum hilang
keterjutannya dengan pertanyaan Asma’, sekarang juga terkejut lagi
dengan pertanyaan Rasululloh. Pada saat itu para shahabat hanya bisa
menjawab, “Belum, belum wahai Rasululloh. Bahkan, belum pernah
terdetik dalam benak kami bahwa dia akan bertanya sedemikian bagusnya,
wahai Rosululloh !”
Rasululloh dan para shahabat sangat terkagum dan terpesona dengan pertanyaan yang demikian indahnya.
Kemudian Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,
“Kembalilah wahai Asma’ dan beritahukan kepada para wanita yang berada di belakangmu; bahwa perlakuan baik salah seorang di antara mereka kepada suaminya, upayanya untuk mendapat keridhaan suaminya, dan ketundukkannya untuk senantiasa mentaati suami; itu semua dapat mengimbangi seluruh amal yang kamu sebutkan yang dikerjakan oleh kaum laki-laki.”
Subhanallah. Jawaban yang sejuk dan
indah. Mengobati semua kegundahan para wanita, yang iri dengan berbagai
pahala yang diperoleh kaum pria.
Mendengar jawaban Rasululloh, Asma’
berlalu dengan wajah berseri-seri dan mengucapkan tahlil sebagai tanda
kemenangan karena mendapatkan apa yang mereka impikan sebagai kaum
wanita. Tak lama setelah itu, para shahabiyah yang mendengar kabar Asma’
selaku duta mereka pun mengumandangkan takbir setelah mendengar jawaban
Rasululloh. Allahu Akbar !
No comments:
Post a Comment